Sabtu, 03 Januari 2015

Kera-kera lucu di sepanjang jalan Serbelawan

Assalamu 'alaikum
Hai semua..
Beberapa bulan yang lalu, saya dan keluarga berencana untuk menziarahi makam nenek kami yang ada di Laras. Pada tau gak dimana Laras? Kalo teman-teman pada mau ke Siantar, sebelum sampai Beringin, nanti ada simpang ke kiri yang dinamakan simpang Dolok Melangir. Masuk terus aja ke dalam sampai nanti ketemu kota kecil yang bernama Serbelawan. Kalo dari Medan dengan kendaraan pribadi sekitar 3 jam gitu. Seperti biasa, jalan di dalam perkebunan yang dikelilingi sawit dimana-dimana hancur total. Apalagi kalo sudah turun hujan, husshhh,,, bisa berenang,, hahahah.. Jalan ini sudah berkali-kali diperbaiki, tapi tetap saja, rusak lagi.. :(

Setelah melewati Serbelawan, teman-teman akan melewati suatu tempat yang banyaaaakkkkk sekali kera2 nya. Kera-kera ini hidup liar, bukan dirawat. Teman2 bisa lihat dari kera bayi sampai engkong2 nya kera lho..
Kera-kera disini lucu-lucu dan baik-baik lho.. mereka tidak menyerbu mobil kita ataupun menyerang kita meskipun kita membawa makanan. Makanan kesukaan nya yah kacang, berhubung kami tak ada kacang di mobil, kami beri kue dsb. Kami kasih permen pun mau.. hahhahha,, kalah manusia..
Tak lama, ada ibu-ibu yang berlari tergopoh2 ke arah mobil kami, menawarkan kacang jualan nya. Tapi harganya masya allah sekali.. Satu bungkus kacang, berisi 5 buah seharga seribu..!! halooo,,,,
Kami tawar menawar, dikasih nya cuma gopek sebungkus, hahahhaa,,sudahlah..
Kera-kera itu mulai menanti kacang2 dilempar ke arah mereka. Saya pun membuka bungkus plastik nya agar kera tersebut gampang memakannya. Tetapi ibu penjual kacang itu berkata, tak perlu dibuka, langsung dikasih saja.
Nah ternyata benar, mereka pintar!! bisa membuka sendiri,, hihihi..

Lucu nya wajah kera kecil... hihihi



Gimana? oke gak? :D
Di perjalanan, ada juga kita lihat kereta api yang jalannya dari atas, disebut mantik, yang dulunya digunkan untuk mengangkat sawit2 PTPN yang ada di kebun ke pabrik, ini sih sebelum ada nya truk.. sekitar tahun 1960-an, wew.. sudah lamaaaa sekali. Mantik ini sekarang sudah tidak pernah digunakan lagi, dan dibiarkan begitu saja.. :( , nanti deh saya cerita mantik nya di lain waktu yah..
Wassalam..

Stabat, Kota Melayu..

Assalamu 'alaikum..
Hai semua
Semalam, saya dan suami berkesempatan untuk menghadiri undangan di daerah Stabat. Untuk mencapai Stabat, kami melakukan perjalanan dengan sepeda motor, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam 15 menit dari Kampung Lalang.
Gapura perbatasan selamat datang di kab. Langkat (dari Medan)

Iseng2, ketika pulang, saya melihat sebuah tugu, pas didepan kantor bupati. Tugu Amir Hamzah. Siapa Amir Hamzah? 
 Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah (lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, Hindia Belanda, 28 Februari 1911 – meninggal di Kwala Begumit, Binjai, Langkat, Indonesia, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun) [a] adalah sastrawan Indonesia angkatan Poedjangga Baroe dan Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir dari keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat di Sumatera Utara, ia dididik di Sumatera dan Jawa.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Hamzah

Tugu Amir Hamzah tampak depan
Tugu Amir Hamzah di bagian belakang nya tertera data diri dari Amir Hamzah serta karya nya yang berjudul "Berdiri aku"

 Disekitar tugu ini terhampar lapangan besar, dimana di masing2 jalan selalu ada pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman, juga ada yang menjual jasa permainan, seperti odong2 dsb. Tempat ini selalu dijadikan tempat rekreasi untuk masyarakat pada saat sore hari. Sekedar duduk-duduk, maupun menonton permainan anak2 pakai mobil2an. Suasana disekitar tugu ini cukup tenang, jalanan sepi (ntah mungkin karena hari sabtu ya), tapi yang pastinya, saya merasa cukup tenang disini, duduk-duduk bersepoi-sepoi di bawah pohon besar.
Tak lama setelah itu, aku pun bergegas untuk sholat zuhur di salah satu mesjid kebanggaan Stabat, yaitu Mesjid Raya Stabat yang terletak di JL. KH. Zainul Arifin, No. 130, Stabat, 20811. Mesjid ini merupakan simbol sejarah Langkat yang telah berusia 110 tahun. Mesjid ini dibangun pada masa Kejuruan Stabat THM Khalid pada tahun 1904. Warna dominan mesjid ini kuning dan hijau, menggambarkan warna khas melayu. 
Mesjid Raya Stabat tampak depan

Interior dalam mesjid yang dominan warna kuning hijau dan sangat banyak pilar nya
 
Masjid tampak samping 
Foto-foto sejarah masjid dari zaman dahulu sampai sekarang, terletak di dekat perpustakaan mesjid, pas di sebelah kanan

 

Sungai Wampu yang terletak pas disebelah Masjid

 Ah,, perjalanan saya cuma sampai disini. Padahal masih banyak lagi tempat2 yang ada di Langkat ini yang patut kita kunjungi, sebut saja Mesjid Azizi, Mesjid ini terletak di Tj. Pura, kemudian ada banyak tempat wisata dan sejarah yang tak ternilai harganya. Lain kali, jika ada waktu dan kesempatan, saya berencana mengunjungi nya, Insha Allah.
Wassalam










Jumat, 02 Januari 2015

Mesjid Raya Baiturrahman

Assalamu 'alaikum..
Hai semua.. masih dari tanah rencong,, Kali ini aku berencana bawa teman aku si Lena ke mesjid Baiturrahman. Dia merengek2 karena belum pernah kesana, dan ini merupakan kali pertama dia ke Aceh, meskipun dalam waktu yang kilat, padat, singkat! Cuma 1 hari.. wedewww.. Kami berangkat dari kampung Peudada sekitar jam 6. Kira-kira jam 10.55, kami sudah sampai Banda Aceh. cukup lama bukan? padahal naik mobil pribadi,, kami gak bisa melewati jalan biasa ketika mau melewati kota Sigli, terpaksa deh mutaaaarrrrrrr balik,,,
Oh ya, rumah si Atun dekat Gegana, kalo mau ke mesjid raya Baiturrahman, kami tinggal jalan lurus aja. Jujur saja, perjuangan sekali ke mesjid ini, pake ujan plus petir, jedaaarrr!!!! Kami pun sengaja berlama-lama di mesjid raya, sekalian mengeringkan baju yang kena ujan tadi,, heheheh,, 

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Bangunan indah dan megah yang mirip dengan Taj Mahal di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.
Sewaktu Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada agresi tentara Belanda kedua pada Bulan Shafar 1290 Hijriah/10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada saat itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir. http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Baiturrahman

 
 Disebelah mensjid ini, ada Pasar Aceh, termasuk pusat pasar di Banda Aceh, teman2 silahkan mampir kesini untuk membeli oleh2..

Mesjid Baiturrahman tampak depan
Untuk masuk kesini, seperti biasa, bayar parkir, hihihi,,, Rp. 2.000,-


Menara mesjid Baiturrahman


Suasana dalam mesjid

Agak2 begaya dulu... :p
 Berhubung ini juga termasuk salah satu tempat wisata di Aceh, banyak fotografer2 yang menjajakan jasa nya. Kami pun mulai tertarik untuk photo sejenak menggunakan jasa bapak tua tsb. Untuk 1x jepret plus hasil ukuran jumbo seharga Rp. 15.000,-
Besok2 kita cerita ke tempat lain lagi ya,,
Wassalam

Jalan-jalan ke Benteng Indra Patra

Assalamu 'alaikum...
Hai semua..
Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi Nanggroe Aceh Darussalam. Teman saya, si Atun, mengajak kami ke wilayah Aceh Besar untuk melihat benteng. Promosi nya dia, benteng nya bagus banget,,, plus latar laut di belakang nya. Otomatis kami-kami langsung antusias pengen kesana. Kami mulai bergerak dari rumah nya ke benteng naik motor,, hahhaha.. gosong!

 

Di sekitar Pantai Ujoeng kareung, tepatnya di desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar terdapat sebuah situs sejarah tua Aceh yang hingga kini masih berdiri kokoh. Sebuah kompleks Benteng yang tidak lapuk dimakan usia, bahkan tetap tegar walau (bahkan) sempat dihantam Tsunami. Benteng ini bernama BENTENG INDRA PATRA; berjarak 19 Km kearah Barat dari ibu kota propinsi Aceh, Banda Aceh, atau sekitar 30 menit dengan berkendara kendaraan bermotor.

  


Benteng  ini dibangun pada masa Pra-Islam, yaitu oleh Raja Kerajaan Lamuri yang merupakan Kerajaan Hindu Pertama di Aceh, tepatnya pada abad ke VII Masehi. Kala itu, benteng Indra Patra ini dibangun dengan maksud utama untuk membendung sekaligus membentengi masyarakat kerajaan Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari Kapal-kapal Perang Portugis. Disamping itu, benteng ini juga dipakai sebagai tempat beribadah Umat Hindu Aceh saat itu.

 

Karena alasan demi pertahanan & keamanan kerajaan, maka benteng ini dibangun di tempat yang sangat strategis, yakni di bibir pantai yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka.

 

Benteng Indra Patra ini bahkan berlangsung hingga masa Islam di Aceh tiba. Dimasa Sultan Iskandar Muda, dengan laksamananya yang sangat terkenal dan disegani, yaitu Laksamana Malahayati (laksamana wanita pertama di dunia), benteng ini juga dipergunakan sebagai benteng pertahanan bagi Kerajaan Aceh Darussalam dari serangan musuh yang datang dari arah laut.

 

Saat ini, tinggal dua dari tiga benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng Utama berukuran 70m X 70m; dengan ketinggian 4 meter, serta ketebalan dinding mencapai sekitar 2 meter.  Arsitekturnya yang Unik, Besar, terbuat dari “beton kapur” (: susunan batu gunung, dengan perekatnya (perkiraan) dari campuran Kapur, Tanah Liat, dan alusan Kulit Kerang, serta juga telur).

 

Didalam benteng Utama terdapat dua buah “stupa” atau bangunan yang menyerupai kubah yang mana didalamnya / dibawah kubah tersebut terdapat sumur / sumber air bersih, yang (pada saat itu) dimanfaatkan oleh umat Hindu untuk penyucian diri dalam rangkaian peribadahannya. Selain itu, di dalam benteng terdapat juga bunker untuk menyimpan meriam serta bunker untuk menyimpan peluru dan senjata.

 

Benteng merupakan situs sejarah yang mempunyai cerita tersendiri. Di belakangnya ada kisah perlawanan, pemberontakan, intrik dan heroism orang-orang di zamannya. Demikian juga dengan Benteng Indra Patra yang terletak di Kecamatan Masjid Raya, jalan Krueng Raya, sekitar 19 km dari Banda Aceh, menuju Pelabuhan Kr Raya. http://ranupatjeh1.blogspot.com/2013/05/mengenang-sejarah-benteng-indra-patra.html

 


Untuk masuk kesini, teman-teman tidak perlu mengeluarkan kocek sedikitpun! kalo pun ada, yah setidaknya untuk minum, kan capek dari tadi teriak2 kegirangan sambil diterpa2 angin.. tsahhh!!!! :D


Foto mentel dulu di depan benteng
Oh ya, untuk naik ke benteng ini, disediakan tangga. Selebihnya, mulai lah lompat melompat.. ini sangat bermanfaat mengasah bakat melompat!.. hahahha
Namanya juga benteng untuk pertahanan. Udah pasti susyeeeehh naik nya. Kalo gampang sih, bukan untuk pertahanan, ya tho?!

eaaakkkk!!!! agak agak diterpa angin lah..
Ketika sampai di atas benteng, kamu bakal dapat pemandangan yang sangaaattttt menakjubkan.. Kamu bisa lihat laut yang dihiasi pepohonan sembari diterpa angin. Sumpah, angin  nya kenceenggg banget..

Ini gambar dari sisi kanan nya #abaikan saja foto saya disini.. hahahh

Kalo nanti teman2 pada ke Aceh, sempatin singgah ke benteng sejarah ini yah..

Wassalam